Analisa Kemenangan Yamaha Z1: Belajar Pintar Yamaha Z1

4389
Dua tahun berjalan Yamaha Jupiter Z1 mendominasi kejuaraan IndoPrix
Dua tahun berjalan Yamaha Jupiter Z1 mendominasi kejuaraan IndoPrix

OtomotifZone.com – Yogyakarta. Dua tahun berjalan Yamaha Z1 mendominasi kejuaraan IndoPrix, kasta tertinggi balap motor tanah air. Setahun setelah dilahirkan motor ini sudah langsung juara umum IP, lewat Sigit PD dari tim Yonk Jaya. Motor yang diriset di YMC (Yamaha Motor Corporation) ini mendadak tenar bak selebritis. Padahal mekanik tanah air awalnya mencibir, masak iya.. hanya riset setahun di beberapa sirkuit (Sentul Kecil dan Kenjeran), sudah bisa menjungkirbalikkan engine builder tanah air? Apalagi data risetnya dari Jupiter Z lama.

Harus kita akui, iya. Apakah teknologi Z1 hebat? Mungkin. Apakah tenaga motor kita kalah? Belum tentu.. Biar enggak debat kusir kita ngomongin data. Iya.. kan kusir ngomong sama kuda, lha mekanik ngomongin daya kuda alias dk atau hp, satuan tenaga mesin.

Z1-HS-06

Hasil dyno di Mototech Yogyakarta, Z1 IP1 di kisaran 24 dk, sedangkan Z1 IP2 di kisaran 21 dk. Semua terpaku di limiter 14ribu rpm. Sementara Yamaha Jupiter Z sudah tembus di atas 26 dk (IP1) dan diatas 23 dk (IP2). Lha kok kalah? Bahkan salah satu mekanik top Yamaha pernah bilang kalau dirasakan di pantat, mesin Z1 itu kelewat lembut, kalah greget dibanding MP5. Weleh…

Kita bedah satu-satu dulu. Power is not everything. Character is! Tim engine builder Jepang pun mahfum. Karakter sirkuit yang dipakai IP adalah sirkuit technical. Mementingkan kehebatan handling dan manajemen mesin bagus dibanding besarnya power.

Z1, kita sebut juga ini Jupiter Jepang, memang kalah power, tetapi karakter power mesin Z1 luar biasa. Torsi maksimal di 8 ribu rpm dan puncaknya power di 13 ribu rpm. Rentang tenaga (orang biasa menyebutnya itu power band) sangat lebar. Sedangkan Jupiter Z, kita sebut juga Jupiter Jawa, torsinya meledak di putaran 10 ribu rpm, dan power maksimum di kisaran 13.800 rpm.

Fitriansyah Kete podium pertama di Indoprix 2014 Seri 3 Sentul
Fitriansyah Kete podium pertama di Indoprix 2014 Seri 3 Sentul

Artinya, Jupiter Jepang bisa mengawali akselerasi optimum di 2000 rpm lebih rendah. Pembalap pun dibikin nyaman, kalau-kalau pada saat menikung, pembalap gagal mempertahankan putaran mesin di area 10 ribu rpm.

Karakter torsi Z1 juga sangat mendukung. Disebut sebagai Flat Torque, alias torsi merata. Z1 ‘cuma’ 14 Nm, sedangkan Z lama di kisaran 16 Nm. Karakter torsi rata ini berkat kecanggihan sistem injeksi Z1. Sedangkan Jupiter Z model karbu, agak susah mendapatkan karakter ini karena butuh kecepatan gas tepat agar terjadi pengabutan bahan bakar sempurna.

Ternyata, Jepang juga sudah menghitung kebutuhan torsi yang bisa disalurkan lewat putaran roda. Torsi berlebihan justru mubazir, kalau suspensi, rangka dan ban tidak mampu menyalurkannya. Terlebih di putaran tinggi, ban bisa kehilangan grip saat diakselerasi mendadak selepas tikungan. Keausan ban berlebihan juga bisa dieliminasi dengan torsi secukupnya itu. Bahkan rider Z1 bisa cepat membuka gas pada saat motor masih rebah. Hal sulit buat karakter meledak-ledak ala mesin karburator Jupiter Z.

Bahkan Z1 pun sampai sekarang masih memakai spek jaman kelahirannya dulu. Limiter dan karakter mesin tidak berubah. Pembalap pun dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan karakter mesin. Padahal biasanya racer sering kali mengeluh kurang ini-itu. Bukan karena motornya kalah kencang tapi buat alasan menutupi kelemahan. Pakai Z1, karakter pembalap dibikin sabar, smooth… ala balap internasional. Bukan model mesin buka sithik.. joss! Bahkan pembalap tak disuguhi menu buka limiter rpm jika dalam pertarungan pembalap terkena batas putaran maksimum mesin. Ini dilakukan semata-mata biar awet mesinnya.

Solusinya? Cukup ganti sproket, atau perbandingan gigi persneling! Mekanik pun tak dibuat repot. Mengurangi kelelahan berlebihan karena lembur sampai pagi untuk merepair mesin. Pintar kan?

Penulis : OmBro | Foto : HS, Indra Gunawan